1. Memakai Bahasa Indonesia
Sebagai WNI pastilah saya harus bisa dan selalu berbahasa Indonesia, dan ini saya lakukan disaat beraktifitas kerja bersama rekan sejawat serta Kepala Sekolah
2. Memakai Bahasa Madura
Dikarnakan lingkungan kerja saya mayoritas masyarakatnya suku Madura tentunya mau tidak mau bila bercengkerama dengan anak didik dan masyarakat harus memakai bahasa setempat, pada saat pertama kali saya terasa kagok dan jadi bahan tertawaan anak-anak lalu lambat laun bisa dengan sendirinya, apalagi sekarang sudah 11 tahun lebih dinas disitu maka bahasa Madura bisa saya lafalkan secara fasih seperti penduduk asli setempat.
3. Memakai Bahasa Jawa
Bahasa ini saya pakai setelah pulang dari kerja dan bercakap-cakap dengan putri saya dan tetangga sebelah tentunya dikandung maksud untuk tidak melupakan ranah budaya nenek moyang kami.
4. Memakai bahasa Aremania
“yo opo sam helo tiud?” (= gimana mas dapat uang?) ngurud helo (= belum dapat)
itulah sebagian cuplikan perkataan saya dan istri menggunakan bahasa berbalik khas Aremania. Sebetulnya bahasa ini bukan termasuk bahasa yang baku dan hanya sebatas bahasa pergaulan (khususnya warga kota Malang) dan saya gunakan khusus bersama istri saya sehingga bila ada perkataan rahasia orang lain tidak tahu bahkan terkadang pendengarnya bingung….
Dengan menggunakan 4 bahasa gonta-ganti diatas bukanlah suatu hal yang mudah bagi saya, akan tetapi dikarnakan tuntutan lingkungan lambat-laun saya terbiasa juga. Meskipun demikian bukannya tidak ada aral melintang yang saya hadapi, pernah suatu ketika saya keblabasan berbicara campur baur sehingga si pendengar jadi bingung atau mengira saya syarafnya kumat he..he. bagi teman yang mungkin bernasib sama mohon petunjuk dan saran agar saya dapat berbicara dan menulis yang berkualitas sesuai ejaan yang sebenarnya
image : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar